Seluk Beluk nDalem Mangkubumen

Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, nDalem Mangkubumen merupakan salah satu tempat yang sangat sayang dilewatkan. Selain digunakan oleh Kelurahan Kadipaten, nDalem Mangkubumen juga dijadikan kampus Universitas Widya Mataram, Sekolah Menengah Atas Mataram, Taman Kanak-Kanak Tejokusuman, dan Sekolah Dasar Tumbuh. Selain itu, nDalem Mangkubumen juga sering digunakan sebagai tempat pentas seni. Jika melihat dari nama, fisik bangunan beserta lokasinya, maka akan diketahui bahwa tempat tersebut dahulunya merupakan kediaman ningrat atau pangeran. Bagaimana sejarahnya dan mengapa berubah fungsi?

Awal Mula

nDalem Mangkubumen pertama kali didirikan pada 1874 di masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VI.  Walaupun demikian, bangunan ini terus mengalami pembangunan setelah pendirian satu bagian bangunan bernama Sriwedari pada 1874 dan hal tersebut dilakukan secara bertahap. Setelah Sriwedari, Bangsal Prabayeksa didirikan pada 1876 dan Pendapa Agung/Bangsal Kadospaten didirikan pada 1905. Bukti pendirian pada tahun-tahun tersebut dapat ditemukan pada prasasti di nDalem Mangkubumen.

Bangunan ini pada awalnya ditujukan sebagai kediaman Putra Mahkota Kesultanan Yogyakarta. Penghuni pertama bangunan ini adalah putra Sultan Hamengku Buwono VI, yakni Gusti Pangeran Haryo Hangabehi yang bergelar Pangeran Adipati Anom, yang kelak naik tahta pada 1877 menjadi Sultan Hamengku Buwono VII.

Sejak 1877, nDalem Mangkubumen seharusnya mulai ditempati oleh putra mahkota. Namun, karena putra mahkota masih tinggal di dalam Kraton, maka tempat tersebut dihuni oleh adik Sultan Hamengku Buwono VII yakni Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi (Pangeran Mangkubumi) hingga 1918. Setelah itu, nDalem Mangkubumen sempat ditempati oleh salah satu putra Sultan Hamengku Buwono VII, yakni Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Juminah (Pangeran Juminah) yang sempat menjadi putra mahkota namun tidak jadi naik tahta karena alasan kesehatan. Dengan demikian, nDalem Mangkubumen hanya sesekali difungsikan sebagai kediaman putra mahkota Yogyakarta.

Kehidupan Baru sebagai Kampus

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, atas izin Sultan Hamengku Buwono IX, nDalem Mangkubumen sempat dijadikan kediaman Panglima Besar Jenderal Sudirman saat ia bergerilya melawan pasukan Belanda pada 1948. Ketika Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 1949, Sultan Hamengku Buwono IX meminjamkan nDalem Mangkubumen sebagai tempat Fakultas Kedokteran UGM, disebabkan belum adanya bangunan khusus yang ada bagi UGM. Sejatinya, Fakultas Kedokteran UGM saat itu meliputi beberapa bagian yang kemudian menjadi fakultas tersendiri, yakni Kedokteran Gigi, Farmasi, Pertanian, dan Biologi. Rumah sakit yang menjadi tempat praktik mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM juga berada di nDalem Mangkubumen, yang menjadi cikal bakal Rumah Sakit Sardjito.

Menurut Pak Kunyun Marsendro, selain untuk urusan perkuliahan nDalem Mangkubumen juga digunakan sebagai poliklinik kebidanan untuk membantu proses kelahiran bayi dengan cara normal. Bahkan, bekas kandang kuda di sisi timur dialihfungsikan menjadi tempat praktikum. Di sisi lain, nDalem Mangkubumen tidak menjadi satu-satunya tempat yang digunakan sebagai perkuliahan oleh mahasiswa UGM pada waktu itu, karena mereka masih harus pergi ke kampus di Bulaksumur untuk praktikum. Praktik kedokteran juga tidak semuanya dilakukan di nDalem Mangkubumen.

Mengingat pemakaian nDalem Mangkubumen sebagai kampus UGM hanya bersifat sementara, UGM mulai keluar dari tempat tersebut pada awal 1980-an. Fakultas Biologi, Farmasi, Kedokteran Gigi, dan Kedokteran pindah ke lokasi di Sekip yang masih digunakan hingga kini. Selain itu, fasilitas rumah sakit di nDalem Mangkubumen juga mulai pindah ke lokasi yang kini menjadi Rumah Sakit Sardjito pada 1982. Pada 1983, Universitas Widya Mataram didirikan dan sejak tahun itu menempati nDalem Mangkubumen hingga kini.

Dengan kekayaan sejarah yang dimilikinya, nDalem Mangkubumen menjadi tempat yang patut dikunjungi di Yogyakarta. Perubahan fungsinya dari kediaman bangsawan menjadi tempat kegiatan belajar mengajar berasal dari inisiatif Sultan Hamengku Buwono IX yang murah hati menyediakan tempat perkuliahan bagi mahasiswa yang belum memiliki tempat kuliah tersendiri. Keberadaan nDalem Mangkubumen menambah keistimewaan Yogyakarta sekaligus menegaskan status Yogyakarta sebagai Kota Pelajar.

Sumber bacaan dan foto:

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta. (22 Agustus 2019). Dalem Mangkubumen Yogyakarta. Dilansir dari Indonesiana: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/dalem-mangkubumen-yogyakarta/

Dharma Gupta, Titi Handayani, Darto Harnoko & Pratiwi Yuliani. (2007). Toponim Kota Yogyakarta Yogyakarta: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta dalam Setyo Bekti. (7 April 2019). Nama Kampung Berdasarkan Nama Dalem Pangeran di Kecamatan Kraton Yogyakarta. Dilansir dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta: https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/546

Hardjono & Suminar, S. (2016). Model Pengelolaan Kampung Wisata “Art and Heritage Tourism” (Suatu Kajian Pengembangan Komunitas Lokal) di Kelurahan Kadipaten Kecamatan Kraton. Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta, 108-109.

Kusno S. Utomo. "Jejak Pangeran Juminah, Putra Mahkota yang Batal Jadi Sultan." Radar Jogja. 4 Oktober 2017. https://radarjogja.jawapos.com/breaking-news/2017/10/04/jejak-pangeran-juminah-putra-mahkota-yang-batal-jadi-sultan/

Tri Yuniastuti, Satrio HB Wibowo & Sukirman. “Mengungkap Sejarah Arsitektur Dalem Mangkubumen Yogyakarta Periode Tahun 1874-1949.” Dalam Simposium Nasional RAPI XIII – 2014 FT UMS, 97-101.

 

(Artikel oleh M. Fachreza Rahmadian)